Sensasi Susu Unta di Padang Pasir



Sensasi Susu Unta di Padang Pasir
Menuju peternakan unta di Madinah. Jadwal liputan satu ini membuat saya dan teman-teman sesama wartawan  bersemangat sekaligus bertanya-tanya. Seperti apakah bentuk peternakan unta ala Madinah, bagaimana perawatannya?, sampai bagaimanakah unta  itu juga bisa ditunggangi seperti yang biasa dilakukan para jamaah di Makkah.
    Perjalanan kami mencari peternakan itu akhirnya berlangsung juga. Untuk menemukan lokasi yang dimaksud, kami harus beberapa kali bertanya kepada penduduk setempat. Setelah berjalan sekitar setengah jam, kami menemukan padang luasberpasir yang gersang. Dan, akhirnya kami tiba di ujung pencarian. Di sanalah, di padang pasir itu, terhampar pemandangan unik.
Unta-unta dari yang mungil sampai yang cukup besar, berkeliaran di sana. Unta-unta, dari yang asyik duduk-duduk sampai yang terus berjalan-jalan, menikmati panggangan matahari Madinah siang itu. Menemukan yang dicari, kendaraan kami pun berjalan lambat. Saat itulah sejumlah orang kulit hitam  melambai-lambaikan tanggannya, mengajak kami untuk mampir sejenak di tempat mereka.
Dari sekian banyak pria berkulit hitamitu, kami mendekat ke tempat seorang pria yang terlihat terus-menerus tersenyumm lebar. Ketika mobil kami mendekat, dia pun menyambangi. Tentu saja, dengan senyum lebar yang setia menghiasi wajahnya. Dengan ramah dia bercerita. Namanya, Al Amin. Dia adalah seorang pria berkulit hitam yang asli berasal dari Sudan. Rupanya, celoteh Amin, kami tiba di kawasan bernama Abudud, sekitar 14 kilometer dari perbatasan Kota Madinah. Di kawasan itulah yang menjadi wilayah peternakan unta Madinah. Amin berkisah, dia hanya diminta untuk mengurusi dan menjual unta-unta milik sang bos jika ada konsumen yang menyambangi kawasan itu. Sebenarnya, unta-unta itu sendiri akan dibawa ke pasar khusus yang menjual hewan khas hewan padang pasir itu. “Saya hanya memelihara, nanti bos yang ambil.”
Setiap hari, Amin bertugas untuk memberi makan unta-unta itu. Apa makanannya? Rumput kering dan, ini dia yang istimew, roti dan terkadang kurma. Dan yang menarik, Amin menawarkan sesuatu yang tak mungkin kami lewatkan begitu saj: susu unta. Rasa penasaran membuat kami mengangguk cepat menerima tawarannya. Begitu kami setuju,  Amin langsung bergerak cepat. Dia membawa tiga baskom besar ke dalam kandang unta dan terus asyik memerah susunya. Beres memerah, dia langsung membawa baskom-baskom itu dalam gubuknya yang sederhana dengan deretan kursi-kursi berbusa yang diletakkan begitu saja di bawah dan dilapisi sehelai karpet yang sudah tampak lusuh dan kusam tertutup debu.
Dari baskom itu, terlihat cxairan putih dengan busa yang bergumpal-gumpal. Saya sudah ingin melihat cara Amin mengolah susu itu hingga siap dikonsumsi. Ternyata, tak ada cara yang lebih sederhana dari metode Amin membuat susu unta siap saji: cukup disaring.
Seorang kawan yang sudah membayangkan bau amis susu itu buru-buru menolak. Saya? Rasa penasaran mengalahkan bayangan aroma menyengat membuat mual yang menari-nari dikepala. Saya pun menerima sodoran mangkuk yang berisi susu unta itu dari Amin sembari tersenyum kecut.
Pelan-pelan, seraya melihat ekspresi teman-teman lain, saya meminum susu unta asli padang Madinah yang tidak melalui proses perebusan dan pengolahan apa pun itu. Ternyata... ENAK! Saya terkejut sendiri menikmati sensasi minum susu unta yang terasa sedikit asin dan sama sekali tidak amis. Saya pun sempat meminumnya sampai beberapa teguk. Namun, karena mangkuk yang disodorkan Amin cukup besar dan saya baru saja meminum air putih, hanya separuh mangkuk susu unta yang berhasil melewati kerongkongan. “Asli, enak, ” ujar seorang teman.
Untuk enam mangkuk susu unta itu, kami cukup membayar 30 riyal. Artinya, semangkuk susu itu dihargai dengan lima riyal atau setara dengan Rp. 12.500. harga yang murah untuk satu sensasi cita rasa unik menikmati susu unta yang segar dan alami. Apalagi, kata Amin, susu unta ini berkhasiat menyembuhkan sejumlah penyakit, seperti asma, mag, dan hipertensi.
Sebelum pulang, sebagai oleh-oleh, kami pun membawa sebungkus susu unta untuk teman yang berhalangan ikut. Dan, akhirnya Amin pun melepas kepergian kami dengan lambaian tangan, matanya yang ramah, dan tentu saja senyumnya yang lebar.
Oleh : Natalia Endah Hapsari
sumber : Republika


Responses

0 Respones to "Sensasi Susu Unta di Padang Pasir"

Posting Komentar

 

Recent Comments

Popular Posts

Return to top of page Copyright © 2010 | Biro Umroh Dan Haji Converted into Blogger Template by HackTutors