Menjaga Lisan Di Tanah Suci



Menjaga Lisan Di Tanah Suci

    Kita mungkin mendengar nasihat untuk menjaga lisan saat berada di tanah suci. Karena, di sana adalah tempat dimana ucapan akan menjadi doa.
    Pada 1989, saya dan suami beribadah haji bersama. Ketika itu, saya dan suami shalat ashar di masjidil haram, saya sempat bertanya kepada suami yang pernah menimba ilmu di Arab Saudi, mengenai cerita bahwa banyak orang yang meninggal atau menghadapi sakratul maut di masjidil haram. Suami saya tidak berkomentar.
    Setelah itu, kami memutuskan untuk ke sumur zamzam. Saat itu, sumur zamzam masih terbagi menjadi dua, yaitu sumur zamzam untuk laki-laki dan perempuan yang masing-masing pintu dijaga oleh askar.
    Baru saja saya masuk ke area sumur zamzam perempuan, mata saya tertuju pada seorang kakek, mungkin berusia sekitar 70 tahun, sedang terbaring lemas seperti hendak menghadapi sakratul maut. Kakek itu tergeletak persis di bawah anak tangga.
    Saya kaget dan panik. Serta merta saya langsung berlari mengambil air zamzam dan meminumkannya sambil mendekap erat kakek tua itu serta membisikian lafaz. “ Laa Illahaillallah, Muhammadarrasulullah” Dengan berurai air mata. Kakek itu tidak mengucap sepatah kata pun. Hanya bisa napas yang tersengal.
    Bagaimana mungkin seorang kakek berada di sumur zamzam wanita? Sambil menangis, saya berteriak meminta tolong. Namun, tidak satu pun yang menghampiri kami. Saya kemudian naik menuju pintu masuk dan mencari suami saya, kemudian suami saya menuju sumur zamzam perempuan, tetapi di pintu masuk dicegah masuk oleh para askar.
    Suami saya menjelaskan bahwa ada seorang kakek tua yang terbaring lemas di dalam. Para askar yang saat itu berjumlah tiga orang tak langsung percaya dan sempat bersitegang dengan suami saya. Mereka berfikir tidak mungkin ada seorang laki-laki di dalam sumur zamzam perempuan, sementara pintu masuk selalu dijaga ketat oleh mereka.
    Akhirnya, salah satu askar mencoba mengecek ke dalam sumur zamzam. Dan, setelah benar adanya, mereka langsung mengurus kakek tua itu dan membawanya dengan ambulans.
    Saya tak dapat berkata apa-apa lagi dan hanya menangis. Bagaimana mungkin seorang kakek ada di dalam sumur zamzam wanita yang dijaga ketat oleh para askar. Bagaimana mungkin dari sekian banyak orang tidak ada yang menyadari ada orang terbaring lemas sedang menghadapi sakratul mau.?

Oleh-Indah Luthfiah Nur


Responses

0 Respones to "Menjaga Lisan Di Tanah Suci"

Posting Komentar

 

Recent Comments

Popular Posts

Return to top of page Copyright © 2010 | Biro Umroh Dan Haji Converted into Blogger Template by HackTutors